Sabtu, 24 November 2018

Kebersamaan dalam bergotong royong

Pengertian Gotong Royong adalah bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Istilah gotong-royong ini merupakan istilah asli Indonesia. Gotong Royong berasal dari “Gotong” yang artinya bekerja dan “Royong” yang artinya bersama-sama.

Prinsip gotong royong ini mulai tumbuh sejak era Presiden Soekarno. Pada masanya banyak sekali kegiatan gotong-royong yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan perkembangan zaman budaya ini sudah banyak ditinggalkan. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Mereka lebih menggunakan prinsip individualisme dalam kehidupannya.

Manfaat Gotong Royong
Ada banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan dengan adanya Gotong Royong antara lain :

Menciptakan rasa kebersamaan dan kasih sayang.
Menumbuhkan sikap saling membantu, tolong menolong, sukarela, dan kekeluargaan.
Membina hubungan social yang baik dengan masyarakat.
Mempererat tali persaudaraan.
Membuat pekerjaan lebih cepat selesai.
Meringankan beban pekerjaan yang harus ditanggung.
Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat.
Meningkatkan produktivitas kerja.
Nilai-nilai dalam budaya Gotong Royong
Banyak sekali nilai-nilai yang dapat kita petik dari budaya Gotong Royong dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya :

Kebersamaan
Persatuan
Kesatuan
Sukarela
Sosialisasi
Kekeluargaan
Tolong Menolong
Baca juga : Pengertian Variabel Penelitian Menurut Para Ahli dan Umum Serta Jenisnya
Contoh Gotong Royong
Contoh Gotong Royong dalam lingkungan sekolah

Membersihkan selokan bersama-sama.
Melaksanakan kegiatan kerja bakti.
Mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.
Contoh Gotong Royong dalam lingkungan bermasyarakat

Membangun masjid bersama-sama.
Gotong Royong ketika menanam dan memanen hasil pertanian.
Gotong Royong ketika membangun rumah.
Kerja bakti membersihkan selokan bersama-sama.
Gotong Royong membangun jembatan yang runtuh.
Gotong Royong merupakan sebuah bentuk partisipasi aktif untuk memberikan nilai positif dalam suatu permasalahan dan kebutuhan di dalam masyarakat.

Bentuk partisipasi ini tidak hanya berupa tenaga saja namun dapat juga berupa materi, keuangan, ketrampilan, ide dan gagasan, serta bantuan berupa mental dan spiritual.

Dalam prinsipnya Gotong Royong adalah perilaku yang tidak menginginkan imbalan atau mengharapkan imbalan. Rasa sukarela dan tolong menolong menjadi tonggak utama dalam budaya Gotong Royong.

Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa Pengertian Gotong Royong merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mewujudkan hasil yang didambakan.

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat memperluas wawasan anda.

Selasa, 20 November 2018

Kumpulan video sholawat


 Ya Habibal Qolbi





Sholawat Adfaita




Ya Jamalu




Rohman ya Rohman


Deen Assalam



Sejarah Kh. Noer Alie (Singa Karawang bekasi)



KH. Noer Ali “Singa Karawang-Bekasi”
Sebagaimana biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp. Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H. Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti Tarbin.

Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.

Saat di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh ketika ia merasa dihina oleh pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa diusir dengan gampang kalau ada kemauan!”. Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajar Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang dijajah. Ia diangkat teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937).

Sekembalinya ke tanah air, Noer Ali mendirikan pesantren di Ujungmalang. Ketika Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi Ketua Lasykar Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi.

Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali sehingga selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali. Peranan pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI.

K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut karena ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya di sana.

Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat sehingga banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS. Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa Karawang-Bekasi”. Ada juga yang menyebutnya sebagai “Belut Putih” karena sulit ditangkap musuh.

Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid yang harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat.

Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika terjadi Perjanjian Renville, semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia hijrah ke Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan menjadi satu baltalyon TNI di Pandeglang. Saat akan dilantik, tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di Banten Utara sampai terjadinya Perjanjian Roem-Royen.



Dalam Konferensi Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali diminta oleh Mohammad Natsir membantu delegasi Indonesia. Selain itu, ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-kontak dengan pasukan yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani Belanda, MPHS pun dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H. Noer Ali dalam mengisi kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui jalur politik.

Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan di negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren sepulang dari Mekah. Setelah merdeka, peluang lebih terbuka. Tahun 1949, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai tempat di Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa.

Di lapangan politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat Negara RIS kembali ke negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk bergabung ke dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara. Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus Konferensi Alim Ulama-Umaro se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.

Tahun 1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972 menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Dalam perkembangan selanjutnya, ia bersikap sebagai pendamai, tidak pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia bersikap baik.[]


Ig:badriyah_tusabil
Fb:Ukhty

Senin, 19 November 2018

kebersamaan di dalam persahabatan




      Dengan rasa kebersamaan yang terjalin juga kita bisa merasakan kasih sayang yang selalu dipancarkan oleh orang-orang yang ada di sekitar. Dengan adanya rasa kasih sayang inilah yang selanjutnya bisa menjadi pemicu semangat dan kuat dalam menghadapi kehidupan dengan berbagai macam cobaan.

Tidak hanya itu saja, kita juga bisa saling bertukar pikiran mengenai pengalaman hidup yang sangat berguna dan tentunya sangat berharga saat sedang mengalami banyak masalah. Kebersamaan juga bisa menjadi salah satu ajang untuk berbagi berbagai macam kebahagiaan.

Dengan selalu menjaga kebersamaan yang terjalin bersama terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita, maka kita bisa dengan mudah mendapatkan atau memetik akan arti hidup yang sesungguhnya seperti apa. 

Cita-cita

 Assalamualaikum wr .wb  perkenalkan nama saya badriyah tusabilah,saya disini mau minta izin sebelumnya kepada anda untuk mewawancarai an...